Kamis, 15 April 2010

PERTANIAN

Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Visi

Terwujudnya masyarakat tani yang tangguh, modern, berorientasi agribisnis dan berwawasan lingkungan menuju masyarakat madani

Visi tersebut diatas mengandung beberapa makna sebagai berikut:

  1. Keluarga tani adalah orang atau sekelompok orang yang memiliki hubungan kekeluargaan/kekerabatan yang berkumpul dalam sebuah rumah tangga yang berpenghasilan dari sub pertanian tanaman pangan dan hortikultura.
  2. Tangguh, dimaksudkan tahan terhadap situasi dan kondisi minim dan mampu mencari jalan keluar dari segala permasalahan.
  3. Modern, mengandung makna mampu menerapkan ilmu dan teknologi tepat guna.
  4. Berorientasi Agribisnis, dalam arti produk usahatani yang dihasilkan berdaya saing tinggi dalam segmen pasar.
  5. Berwawasan lingkungan, mengandung arti bahwa dalam berusaha tani senantiasa memperhatikan kelestarian lingkungan.
  6. Masyarakat madani, adalah masyarakat yang mandiri, beriman, berilmu, bertaqwa dan sejahtera.

Misi

Misi adalah suatu tindakan yang harus dilakukan agar visi organisasi menjadi kenyataan. Adapun misi yang diemban oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan adalah sebagai berikut:

  • Meningkatkan profesionalisme aparatur dan kinerja institusi pertanian dalam upaya menciptakan pelayanan prima.
  • Meningkatkan pengeloaan sumberdaya lahan, air dan teknologi dalam upaya optimalisasi produksi dan pelestarian agroekologi.
  • Memantapkan swasembada beras serta meningkatkan produksi komoditi tanaman pangan dan hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan strategis (jagung, durian, pisang dan rambutan).
  • Mengembangakan jaringan kerjasama kemitraan petani, pengusaha, dan LSM untuk mencapai pola agribisnis yang efisien.

Tugas Pokok dan Fungsi

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kutai Kartanegara mempunyai tugas pokok membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan, membina dan mengkoordinasikan kegiatan pengembangan sub sector pertanian tanaman pangan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Pertanian Tanaman Pangan mempunyai fungsi :

  • Perumusan kebijakan teknis dibidang Pertanian Tanaman Pangan
  • Pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum dibidang Pertanian Tanaman Pangan
  • Pembinaan terhadap unit Pelaksana Tekniis Dinas dan Cabang Dinas dibidang pertanian tanaman pangan
  • Pengelolaan urusan ketatausahaan Dinas Pertanian Tanaman Pangan

PERTANIAN

Gagasan membentuk Bank Pertanian kian kuat. Baik itu dilakukan dengan optimalisasi perbankan yang ada, mentransformasi bank dengan membuat suatu cabang atau divisi menjadi unit yang mandiri, atau mendirikan bank baru.

Terlepas dari aspek legal maupun teknis menyangkut skema pembiayaan yang akan dirancang, pertanyaan mendasar yang perlu dijawab, apakah memang petani benar-benar membutuhkan Bank Pertanian? Ataukah, rencana pembentukan Bank Pertanian refleksi dari ketidakpekaan para pemangku kepentingan terhadap persoalan mendasar yang dihadapi petani?

Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman Hadad, Senin (12/5) di Bogor, Jawa Barat, mengatakan, masalah pembiayaan pertanian memang penting. Namun, masih ada masalah lain yang tidak kalah pentingnya, yang harus segera ditangani. Masalah itu, antara lain, infrastruktur pertanian, penguatan organisasi petani, kelembagaan, penyuluh, dan pemasaran hasil pertanian.

Pengamat ekonomi dan Komisaris Independen PT Bank Rakyat Indonesia Aviliani mengatakan, sepanjang ada jaminan kelangsungan usaha dalam bentuk jaminan pasar dan harga, perbankan akan berbondong-bondong memberi kredit ke sektor pertanian.

Rendahnya penyaluran kredit ke sektor pertanian karena risiko usaha tani masih dianggap tinggi. Bank tidak berani mengambil risiko lebih besar karena harus berhati-hati mengelola dana dari masyarakat.

Terperangkap
Memang harus diakui, saat ini petani terperangkap dalam kemelut pembiayaan. Kondisi ini bukan tanpa alasan. Masalah jaminan harga dan jaminan pembelian komoditas pertanian adalah inti persoalan yang dihadapi petani selama ini. Dua hal itu yang membuat hidup petani seolah tergadaikan.

Tiadanya jaminan harga dan pembelian membuat petani selamanya harus berjudi dengan usaha mereka. Apalagi, mereka berusaha dalam skala kecil dengan sumber daya minim. Ketidakpastian usaha menjadikan usaha pertanian seperti harus siap merugi. Bisa karena serangan hama penyakit, harga komoditas pertanian yang jatuh di pasaran, atau tidak terserap pasar karena kualitas buruk atau produksi berlimpah.

Pada situasi seperti itu, masalah pembiayaan menjadi seperti dewa penolong, padahal itu semu. Uluran tangan dalam bentuk pembiayaan tidak akan menyelesaikan masalah jangka panjang karena petani masih akan bergulat dengan ketidakpastian dalam mengelola usaha taninya di masa mendatang.

Infrastruktur dasar
Ketua Gabungan Pengusaha Perunggasan Indonesia Anton J Supit mengatakan, yang dibutuhkan petani adalah penyediaan infrastruktur dasar yang memadai. Untuk petani jagung, misalnya, mereka memerlukan sarana pengeringan dan penyimpanan jagung sehingga kualitas jagung bisa bertahan bagus dan kalau dijual harganya tinggi.

Untuk pasar, tidak perlu khawatir karena industri pakan mampu menyerap jagung produksi petani, namun dengan catatan, sesuai standar yang diperlukan pabrik pakan.

Selain sarana pengeringan dan penyimpanan, petani juga memerlukan infrastruktur yang baik, seperti jalan dan listrik. Tanpa itu, mustahil petani bisa bertahan dalam usaha taninya. Setiap komoditas memiliki karakteristik sendiri sehingga pemerintah perlu menyediakannya sesuai kebutuhan.

Peternak sapi perah dan sapi potong, misalnya. Persoalan yang mereka hadapi bukan permodalan, tetapi ketidakpastian harga jual produknya. Para peternak sapi perah mulai enggan memelihara sapi perah karena fluktuasi harga susu yang tajam.

Desakan peternak agar pemerintah segera membangun pasar susu alternatif di luar industri pengolahan susu (IPS) selama ini bagai membentur tembok. Adapun petani bawang merah menghadapi persoalan anjloknya harga saat panen. Meski berulang dari tahun ke tahun, tidak pernah ada kebijakan apa pun dari pemerintah untuk mengatasi keadaan itu.

Pengamat ekonomi Faisal Basri berpendapat, sebagian besar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bergerak di sektor pertanian. Namun, selama ini pemerintah seolah hanya melihat keterbatasan modal usaha hanya bisa diatasi dengan mekanisme kredit perbankan.

“Ironisnya, sebagian besar anggaran penyertaan modal dititipkan ke bank. Jadi, aturan main mengakses kredit ya harus mengikuti aturan perbankan. Padahal, bank dikenal njelimet prosedur kreditnya. Yang dibutuhkan petani sebetulnya skema khusus agar mudah mengakses pinjaman,” ujar Faisal.

Tidak butuh modal
Faisal menegaskan, sebenarnya bank tidak membutuhkan suntikan modal. Data dari Bank Indonesia, kucuran kredit sektor pertanian dan nonpertanian sudah sekitar Rp 500 triliun. Karena itu, kata Faisal, apabila pemerintah mau membantu, bantu petani mendapat kepastian yang sangat riil. Misalnya, kepastian harga gabah agar petani dapat memperkirakan keuntungannya. Dengan demikian, perbankan mudah memercayai petani mengakses kredit.

Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan Bayu Krisnamurthi juga mengajukan sederet pertanyaan terkait rencana pembentukan Bank Pertanian.

Bayu menegaskan, apa yang dimaksud Bank Pertanian. Apakah bank milik petani atau bank yang dirancang pelayanannya sesuai karakteristik petani? Padahal, karakteristik petani berbeda, sesuai komoditas yang dibudidayakannya serta skala usaha dan daerahnya. Lalu bagaimana cara mengatasi cost of money? Dari manakah sumber dana bank tersebut? Melihat itu semua, pembentukan Bank Pertanian sepertinya harus dikaji ulang. (OSA)

PERTANIAN

A. Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas Pokok dan Fungsi adalah sebagai berikut:

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 8 Tahun 2000 dan Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 097 Tahun 2001 Dinas Pertanian mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan Desentralisasi dan Dekonsentrasi di bidang pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura serta tugas pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah.

Fungsi, untuk menyelenggarakan tugas tersebut Dinas Pertanian mempunyai fungsi:

  1. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah/Gubernur berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
  2. Pembinaan produksi pertanian.
  3. Pengelolaan prasarana dan sarana pertanian
  4. Pengelolaan perlindungan tanaman
  5. Pembinaan pengembangan usaha pertanian dan agribisnis.
  6. Pengelolaan urusan ketata usahaan
  7. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas.

B. Rencana Strategi SKPD

Visi dan Misi

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan, dan memperhatikan kondisi, potensi dan permasalahan yang ada maka Visi Pembangunan Pertanian tahun 2006 – 2010 adalah: Terwujudnya Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Selatan yang Unggul dan Maju Tahun 2010, maka Program Pembangunan Pertanian TPH mencakup (1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan, (2) Program Pengembangan Agribisnis/Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Pertanian (3) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani.

Pertanian yang unggul dan maju dicirikan dengan berkembangnya kualitas SDM pertanian TPH, berkembangnya system dan usaha agribisnis TPH, meningkatnya aksesbilitas petani terhadap sumberdaya ekonomi, tersedianya prasarana dan sarana penunjang pertanian TPH. Dalam budidaya dan pengolahan diterapkannya GAP , GHP, GMP. meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu hasil TPH, meningkatnya nilai tukar petani, kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk unggulan terjamin, produktivitas komoditas unggulan minimal sama dengan rata-rata nasional, pendapatan masyarakat tani di atas Upah Minimum Regional (UMR) Propinsi.

Untuk mewujudkan visi tersebut Dinas Pertanian Propinsi Kalimantan Selatan mengemban misi yang harus dilakukan adalah:

  1. Mewujudkan aparat/birokrasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura yang profesional dan memiliki integritas moral membangun yang tinggi.
  2. Mendorong peningkatan produktivitas dan produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura yang efisien melalui inovasi teknologi.
  3. Mendorong berkembangnya kawasan agribisnis dan diversifikasi produk Tanaman Pangan dan Hortikultura yang berdaya saing dan berkelanjutan.
  4. Memberdayakan petani dan kelembagaan tani serta mendorong peran serta stakeholder dalam pembangunan TPH.

Tujuan

Tujuan Pembangunan Pertanian TPH adalah:

  1. Meningkatkan Produksi TPH guna menjamin masyarakat dapat memperoleh pangan yang cukup dalam rangka Meningkatkan ketahanan pangan.
  2. Mengembangkan kawasan dan usaha tanaman pangan dan hortikultura yang produktif dan efisien serta menghasilkan berbagai produk yang memiliki nilai tambah dan daya saing.
  3. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani melalui pemberdayaan kapasitas pelaku usaha, peningkatan posisi tawar dan peningkatan akses petani terhadap sumberdaya (modal, teknologi, Pasar, lahan, air, sarana produksi, alsintan dan informasi) Tanaman Pangan dan Hortikultura

C. Strategi

Untuk mewujudkan visi dan menjalankan misi pembangunan pertanian TPH di Kalimantan Selatan , maka ditempuh strategi sebagai berikut:

  1. Melaksanakan pembangunan TPH yang bersih, transparan, bebas KKN efektif dan efisien dan meningkatkan upaya untuk mengurangi ekonomi biaya tinggi. Hal ini diharapkan berdampak pada pemanfaatan sumberdaya pertanian secara optimal.
  2. Memperkuat koordinasi dalam penyusunan kebijakan, perencanaan, dan keseluruhan manajemen pembangunan TPH antara instansi dan stake holder terkait. Baik dengan pusat, propinsi maupun kabupaten/kota.
  3. Peningkatan produktivitas dan produksi melalui pemanfataan sumber daya pertanian (modal, teknologi, pasar, informasi, lahan, alsintan, dan lain-lain) secara optimal.
  4. Memberdayakan dan meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia dan kelembagaan tani agar mampu memanfaatkan peluang ekonomi, perkembangan ekonomi, pasar dan dinamika permintaan konsumen.
  5. Memfasilitasi tersedianya sarana dan prasarana TPH untuk memantapkan peningkatan ketahanan pangan dan mendorong pengembangan agribisnis.

D. Kebijakan

1. Kebijakan dalam pengamanan Ketahanan Pangan diarahkan untuk:

  • Mempertahankan/meningkatkan surplus produksi beras di Kalimantan Selatan.
  • Meningkatkan ketersediaan pangan lainnya (palawija dan hortikultura).

2. Kebijakan dalam peningkatan produksi, produktifitas, daya saing dan nilai tambah produk TPH melalui:

  • Memfokuskan kepada pengembangan komoditas unggulan (Padi, jagung, kacang tanah,jeruk, pisang dan rimpang) dengan pendekatan pewilayahan komoditas.
  • Meningkatkan penyediaan, pengawasan, distribusi dan pemanfaatan benih bermutu.
  • Optimalisasi penerapan teknologi produksi dan pasca panen.
  • Optimalisasi pengendalian OPT dan antisipasi bencana alam di lahan pertanian.
  • Meningkatkan kinerja pembinaan dan pengembangan usaha, kemitraan, pasca panen/pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.

3. Kebijakan dalam Pengembangan Sarana dan Prasarana TPH mendukung peningkatan
produksi, produktivitas dan mutu hasil TPH melalui:

  • Memfasilitasi Peningkatan akses petani terhadap modal yang dan murah, serta sarana produksi (pupuk dan pestisida)
  • Optimalisasi pengelolaan lahan (melalui kegiatan cetak sawah/penambahan baku lahan, rehabilitasi dan konservasi lahan, dan Optimalisasi pemanfaatan lahan, serta jalan usahatani
  • Peningkatan mekanisasi pertanian baik di on farm maupun off farm.
  • Optimalisasi pengelolaan air (Tata air mikro, jaringan irigasi ditingkat petani dan drainase).

4. Kebijakan dalam peningkatan kemampuan petani/pelaku pertanian dan penguatan
kelembagaan pendukungnya dilaksanakan melalui:

  • Revitalisasi Penyuluhan (Peningkatan SDM penyuluh pertanian, Kelembagaan penyuluhan pertanian dan Optimalisasi pelaksanaan penyuluhan).
  • Memperkuat lembaga pertanian dan pedesaan untuk meningkatkan akses petani terhadap sumberdaya produktif dan meningkatkan posisi tawar petani.
  • Meningkatkan kemampuan/kualitas SDM Pertanian.

5. Peningkatan kinerja manajemen pembangunan TPH (koordinasi, perencanaan,
pembenahan data dan informasi TPH, serta pengembangan sistem monitoring, evaluasi dan pengendalian)

E. Program

Mengacu kepada RPJM Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 – 2010 Dinas Pertanian Propinsi Kalimantan Selatan menyusun program dan kegiatan sebagai berikut:

1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan dengan kegiatan pokok:

  • Pengembangan lahan pertanian TPH di berbagai tipologi, peningkatan mutu intensifikasi
  • Pengembangan kualitas dan mutu produk melalui pemasyarakatan sistem budidaya pertanian yang baik (GAP).
  • Peningkatan penyediaan bibit/benih unggul
  • Pengendalian dan penanggulangan hama dan penyakit
  • Optimalisasi dan pengembangan sumberdaya, sarana dan prasarana
  • Peningkatan antisipasi Bencana Alam dan Gangguan Iklim terhadap produktivitas dan produksi.
  • Pengembangan pengelolaan lahan dan air.

2. Program Pengembangan Agribisnis/Program Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing
Produk Pertanian, dengan kegiatan pokok:

  • Pengembangan kapasitas UPTD lingkup Dinas Pertanian
  • Pengembangan Kawasan Agropolitan/Agribisnis Komoditas Unggulan
  • Pengembangan Mekanisasi Pertanian dan Sarana Prasarana Agribisnis
  • Pengembangan Pasca Panen Pengolahan, Mutu Hasil dan Pemasaran

3. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

  • Revitalisasi sistem penyuluhan pertanian
  • Penumbuhan dan penguatan kelembagaan
  • Pendidikan dan pelatihan SDM pertanian
  • Fasilitasi kemitraan antara petani dengan pengusaha

F. Rencana Kinerja SKPD TA. 2007

1. Rencana Kinerja Sasaran

Sasaran Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura tahun 2007 disusun berdasarkan kesepakatan/kontrak kinerja antara Kepala Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan dengan Gubernur Kalimantan Selatan. Sasaran masing-masing kegiatan dapat digambarkan pada tabel di bawah.
a. Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Pangan

Sasaran Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Pangan meliputi indikator kinerja luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas tanaman pangan utama yaitu:padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan ubi kayu. Secara rinci terlihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Rencana Kinerja Sasaran Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Pangan Tahun 2007

NO KEGIATAN INDIKATOR KERJA TARGET 2007
RENCANA
TINGKAT CAPAIAN
SATUAN
1
Pembinaan dan Pengembangan Tanaman
Pangan
Luas tanam, Luas panen, Produksi dan Produktivitas
Tanaman Pangan
* Padi:
- Luas Tanam
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi

495.457
475.595
35,42
1.684.730

Ha
Ha
Ku/Ha
Ton
* Jagung:
- Luas Tanam
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi

29.274
26.254
35,00
91.889

Ha
Ha
Ku/ha
Ton
* Kedelai:
- Luas Tanam
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi

5.760
4.374
12,04
5.265

Ha
Ha
Ku/ha
Ton
* Kacang Tanah:
- Luas Tanam
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi

16.745
16.355
12.21
19.969

Ha
Ha
Ku/ha
Ton
* Kacang Hijau:
- Luas Tanam
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi

1.927
1.840
10,53
1.938

Ha
Ha
Ku/ha
Ton
* Ubi Kayu:
- Luas Tanam
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi

7.599
6.520
141,37
92.176

Ha
Ha
Ku/ha
Ton
* Ubi Jalar:
- Luas Tanam
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi

2.534
2.206
101,47
22.385

Ha
Ha
Ku/ha
Ton

2. Pembinaan dan Pengembangan Hortikultura

Sasaran Pembinaan dan Pengembangan Hortikultura meliputi indikator kinerja luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas tanaman pangan utama yaitu: jeruk, pisang, durian, kacang tanah, dan sayuran. Secara rinci terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Rencana Kinerja Sasaran Pembinaan dan Pengembangan Hortikultura Tahun 2007

NO KEGIATAN INDIKATOR KERJA TARGET 2007
RENCANA
TINGKAT CAPAIAN
SATUAN
2
Pembinaan dan Pengembangan Hortikultura Luas tanam, Luas panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan
* Buah-buahan:
1. Jeruk:
- Luas Pertanaman
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi


8.740
2.460
39,19
96.334


Ha
Ha
Ku/Ha
Ton
2. Pisang:
- Luas Pertanaman
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi

4.320
1.880
36,25
68.150

Ha
Ha
Ku/ha
Ton
3. Durian:
- Luas Tanam
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi

6.180
1.270
15,65
19.880

Ha
Ha
Ku/ha
Ton
4. Sayuran:
- Luas Tanam
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi

10.500
10.050
42.00
42.210

Ha
Ha
Ku/ha
Ton

3. Pembinaan Pengembangan Teknologi Produksi TPH

Sasaran Pembinaan Pengembangan Teknologi Produksi TPH meliputi: jumlah varietas unggul tanaman pangan yang digunakan dan penggunaan benih bermutu tanaman pangan dan hortikultura. Disamping itu juga Tingkat Serapan Penggunaan Pupuk, seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Rencana Kinerja Sasaran Pembinaan Pengembangan Teknologi Produksi TPH Tahun 2007

NO KEGIATAN INDIKATOR KERJA TARGET 2007
RENCANA
TINGKAT CAPAIAN
SATUAN
3
Pembinaan Pengembangan Teknologi Produksi TPH Jumlah Varietas Unggul
Yang Digunakan:
1. Padi
2. Jagung
3. Kedelai
4. Kacang Tanah

54
91
100
10

Persen
Persen
Persen
Persen
Penggunaan Benih Bermutu:
1. Padi
2. Jagung
3. Kedelai
4. Kacang Tanah
5. Jeruk
6. Durian

45
45
18
18
200.000
10.000

Persen
Persen
Persen
Persen
Batang
Batang
Tingkat Serapan Penggunaan Pupuk:
1. Urea
2. SP 36
3. KCL
4. NPK


50
50
40
40


Persen
Persen
Persen
Persen

4. Pembinaan dan Pengembangan Perbenihan

Sasaran Pembinaan dan Pengembangan Perbenihan meliputi: Pengawasan dan Sertifikasi benih TPH, Produksi benih sumber dan benih sebar dan Pembinaan penangkar benih TPH jumlah penangkar yang dibina. Secara rinci Rencana Kinerja Sasaran Pembinaan dan Pengembangan Perbenihan terlihat pada tabel 4 berikut:

Tabel 4. Rencana Kinerja Sasaran Pembinaan dan Pengembangan Perbenihan Tahun 2007

NO KEGIATAN INDIKATOR KERJA TARGET 2007
RENCANA
TINGKAT CAPAIAN
SATUAN
4
Pembinaan dan Pengembangan Perbenihan Pengawasan dan Sertifikasi
Benih TPH:
1. Luas Areal Sertifikasi:
- Padi
- Palawija
- Jeruk
2. Jumlah Benih yang Diawasi:
- Padi
- Palawija
- Jeruk
3. Jumlah Pedagang Penyalur
4. Jumlah Varietas Yang Diusulkan Menjadi Unggul Nasional



875
30
250.000

2.900
65
250.000
210
2



Ha
Ha
Batang

Ha
Ha
Batang
Orang
Varietas

Produksi Benih Sumber dan Benih Sebar:
1. Benih Dasar (BD):
- Padi
- Jagung
- Kedelai
- Kacang Tanah
2. Benih Pokok (BP):
- Padi
- Jagung
- Kedelai
- Kacang Tanah
3. Benih Sebar (BR):
- Padi
- Jagung
- Kedelai
- Kacang Tanah
- Jeruk
- Durian


3,5
2,5
1,8
1,0

22
11,2
3,5
1,0

2.500
3,3
1,8
2,0
250.000
5.000


Ton
Ton
Ton
Ton

Ton
Ton
Ton
Ton

Ton
Ton
Ton
Ton
Batang
Batang

Pembinaan Penangkar Benih TPH
Jumlah Penangkar yang Dibina:
- Padi
- Palawija
- Hortikultura


150
10
50


Orang
Orang
Orang

5. Pembinaan dan Pengembangan Perlindungan TPH

Sasaran Pembinaan dan Pengembangan Perlindungan TPH meliputi: Luas Tanaman yang Terkendali dan Berkembangnya Kelembagaan Perlindungan. Secara rinci Sasaran yang akan dicapai pada Pembinaan dan Pengembangan Perlindung TPH seperti terlihat pada tabel 5 berikut:

Tabel 5. Rencana Kinerja Sasaran Pembinaan dan Pengembangan Perlindungan Tahun 2007

NO KEGIATAN INDIKATOR KERJA TARGET 2007
RENCANA
TINGKAT CAPAIAN
SATUAN
5
Pembinaan dan Pengembangan Perlindungan TPH Luas Tanaman yang Terkendali:
- Padi
- Jagung
- Kedelai
- Kacang Tanah
- Jeruk
- Pisang


475.595
26.254
4.374
16.355
2.467
1.892


Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha

Berkembangnya Kelembagaan
Perlindungan:
- SLPHT
- PPAH
- RPH


63
10
30


Klpk
Unit
Klpk

6. Pembinaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian

Dalam rangka memfasilitasi peningkatan akses petani baik berupa modal maupun sarana lainnya maka diperlukan pembinaan dan pengembangan sarana dan prasarana pertanian serta kelembagaan petani dalam mengelola akses modal dan sarana pertanian. Sasaran Pembinaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian tahun 2007 seperti pada tabel 6 berikut:

Tabel 6. Rencana Kinerja Sasaran Pembinaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian
Tahun 2007

NO KEGIATAN INDIKATOR KERJA TARGET 2007
RENCANA
TINGKAT CAPAIAN
SATUAN
6
Pembinaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian Terbinanya:
1. Cetak Sawah
2. Jalan Usaha Tani
3. Tata Air Mikro
4. Rehab JITUT
5. Rehab JIDES
Tersedianya:
1. Traktor
2. Dryer
3. Pompa Air
4. Power Thresher
5. UPJA

2.000
20
1.750
2.500
1.180

48
3
5
25
20

Ha
Km
Ha
Ha
Ha

Unit
Unit
Unit
Unit
Unit

Terbinanya Lembaga Tani:
1. Kelompok Tani (POKTAN)/Gapoktan
2. Lembaga Keuangan
3. KUBA

300

5
10

Klpk

Klpk
Klpk

Operasional Penyuluh:
1. BPP
2. WKPP

94
792

Buah
Wikel

7. Pembinaan dan Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

Sasaran Pembinaan dan Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian meliputi: Jumlah Kelembagaan yang terbina, seperti terlihat pada tabel 7 berikut:

Tabel 7. Rencana Kinerja Sasaran Pembinaan dan Pengembangan Pengolahan
dan Pemasaran Hasil TPH Tahun 2007

NO KEGIATAN INDIKATOR KERJA TARGET 2007
RENCANA
TINGKAT CAPAIAN
SATUAN
7
Pembinaan dan Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil TPH Jumlah Kelembagaan Terbina Baik:
1. UP3HP
2. FKPP
3. Kemitraan Usaha
4. Beras dalam kemasan
5. Penggilingan padi
6. TA/STA
7. Kelompok Usaha Penerap GMP

10
42
2
5
200
25
2
1

Kab.
Unit
Kec.
Paket
Ton
Buah
Unit
Unit
8. Penyusunan Program, Pengembangan Data Informasi Pertanian dan Monev
Sasaran Penyusunan Program, Pengembangan Data Informasi Pertanian dan Monev meliputi kegiatan Laporan Tahunan 2006, LAKIP 2006, Penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2007, Dokumen Perencanaan APBN 2008, Dokumen Perencanaan APBD 2008, Pengumpulan Data TPH 2007, Laporan Hasil Monev 2007, Penyusunan Rencana Kerja 2008, Pengelolaan Web site Dinas, secara rinci seperti terlihat pada tabel 8 berikut:

Tabel 8. Rencana Kinerja Sasaran Penyusunan Program,
Pengembangan Data Informasi Pertanian dan Monev ahun 2007

NO KEGIATAN INDIKATOR KERJA TARGET 2007
RENCANA
TINGKAT CAPAIAN
SATUAN
8
Penyusunan Program, Pengembangan Data Informasi Pertanian dan Monev 1. Laporan Tahunan 2006
2. LAKIP 2006
3. RKT 2007
4. Dokumen Perencanaan APBN 2008
5. Dokumen Perencanaan APBD 2008
6. Tersedianya Data TPH 2007
7. Laporan Hasil Monev 2007
8. Renja 2008
9. Terkelolanya Web Site Dinas
40
40
1
1

1

12

12

25
1
Eks
Eks
Paket
Paket

Paket

Bulan

Bulan

Eks
Paket

D. Evaluasi Kerja

1. Uraian Hasil Evaluasi Kinerja SKPD TA. 2007

Tabel 9. Realisasi Kinerja Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Pangan Tahun 2007

NO KEGIATAN INDIKATOR KERJA TARGET 2007 REALISASI
RENCANA
TINGKAT CAPAIAN
SATUAN
1
Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Pangan Luas tanam, Luas panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan
* Padi :
- Luas Tanam
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi
* Jagung :
- Luas Tanam
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi
* Kedelai :
- Luas Tanam
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi
* Kacang Tanah :
- Luas Tanam
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi
* Kacang Hijau :
- Luas Tanam
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi
* Ubi Kayu :
- Luas Tanam
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi
* Ubi Jalar :
- Luas Tanam
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi



495.457
475.595
35,42
1.684.730

29.274
26.254
35,00
91.889

5.760
4.374
12,04
5.265

16.745
16.355
12.21
19.969

1.927
1.840
10,53
1.938

7.599
6.520
141,37
92.176

2.534
2.206
101,47
22.385



Ha
Ha
Ku/Ha
Ton

Ha
Ha
Ku/ha
Ton

Ha
Ha
Ku/ha
Ton

Ha
Ha
Ku/ha
Ton

Ha
Ha
Ku/ha
Ton

Ha
Ha
Ku/ha
Ton

Ha
Ha
Ku/ha
Ton



519.286 Ha
498.535 Ha
36,33 Ku/Ha
1.811.284 Ton

23.574 Ha
21.783 Ha
45,70 Ku/Ha
99.549 Ton

2.015 Ha
1.822 Ha
11,27 Ku/Ha
2.054 Ton

15.174 Ha
14.728 Ha
11,51 Ku/Ha
16.949 Ton

1.550 Ha
1.425 Ha
10,24 Ku/Ha
1.458 Ton

7.556 Ha
7.153 Ha
141,93 Ku/Ha
101.521 ton

2.703 Ha
2.643 Ha
101,42 Ku/ha
26.806 ton

2. Pembinaan dan Pengembangan Hortikultura

Tabel 10. Realisasi Kinerja Pembinaan dan Pengembangan Hortikultura Tahun 2007

NO KEGIATAN INDIKATOR KERJA TARGET 2007 REALISASI
RENCANA
TINGKAT CAPAIAN
SATUAN
2
Pembinaan dan Pengembangan Hortikultura Luas tanam, Luas panen, Produksi dan Produktivitas Buah-buahan
* Buah-buahan:
1. Jeruk:
- Luas Pertanaman
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi
2. Pisang :
- Luas Pertanaman
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi
3. Durian :
- Luas Tanam
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi
4. Sayuran :
- Luas Tanam
- Luas Panen
- Produktivitas
- Produksi




8.740
2.460
39,19
96.334

4.320
1.880
36,25
68.150

6.180
1.270
15,65
19.880

10.500
10.050
4,20
42.210




Ha
Ha
ton/ha
Ton

Ha
Ha
ton/ha
Ton

Ha
Ha
ton/ha
Ton

Ha
Ha
ton/ha
Ton




9.096 ha
2.461 ha
37,04 ton/ha
91.155 ton

4.078 ha
1.393 ha
46,18 ton/ha
64.339 ton

5.345 ha
1.132 ha
19.07 ton/ha
21.588 ton

12.640 ha
11.443 ha
7,13ton/ha
81.367 ton

3. Pembinaan Pengembangan Teknologi Produksi TPH

Tabel 11. Realisasi Kinerja Pembinaan Pengembangan Teknologi Produksi TPH Tahun 2007

NO KEGIATAN INDIKATOR KERJA TARGET 2007 REALISASI
RENCANA
TINGKAT CAPAIAN
SATUAN
3
Pembinaan Pengembangan Teknologi Produksi TPH Jumlah Varietas Unggul, yang Digunakan:
1. Padi
2. Jagung
3. Kedelai
4. Kacang Tanah
Penggunaan Benih Bermutu:
1.Padi
2. Jagung
3. Kedelai
4. Kacang Tanah
5. Jeruk
6. Durian
Tingkat Serapan Penggunaan Pupuk:
1. Urea
2. SP 36
3. KCL
4. NPK


54
91
100
10

45
45
18
18
200.000
10.000


50
50
40
40


Persen
Persen
Persen
Persen

Persen
Persen
Persen
Persen
Batang
Batang


Persen
Persen
Persen
Persen


54%
91%
100%
10%

45%
45%
18%
18%
463.000 btg
10.000 btg


91,11%
95,88%
89,92%
84,82

4. Pembinaan dan Pengembangan Perbenihan

Tabel 12. Rencana Kinerja Sasaran Pembinaan dan Pengembangan Perbenihan Tahun 2007

NO KEGIATAN INDIKATOR KERJA TARGET 2007 REALISASI
RENCANA
TINGKAT CAPAIAN
SATUAN
4
Pembinaan dan Pengembangan Perbenihan Pengawasan dan Sertifikasi
Benih TPH:
1. Luas Areal Sertifikasi:
- Padi
- Palawija
- Jeruk
2. Jumlah Benih yang Diawasi:
- Padi
- Palawija
- Jeruk
3. Jumlah Pedagang Penyalur
4. Jumlah Varietas Yang
Diusulkan Menjadi Unggul
Nasional
Produksi Benih Sumber dan Benih Sebar:
1. Benih Dasar (BD):
- Padi
- Jagung
- Kedelai
- Kacang Tanah
2. Benih Pokok (BP):
- Padi
- Jagung
- Kedelai
- Kacang Tanah
3. Benih Sebar (BR):
- Padi
- Jagung
- Kedelai
- Kacang Tanah
- Jeruk
- Durian
Pembinaan Penangkar Benih TPH
Jumlah Penangkar yang Dibina:
- Padi
- Palawija
- Hortikultura



875
30
250.000

2.900
65
250.000
210
2





3,5
2,5
1,8
1,0

22
11,2
3,5
1,0

2.500
3,3
1,8
2,0
250.000
5.000



150
10
50



Ha
Ha
Batang

Ha
Ha
Batang
Orang
Varietas





Ton
Ton
Ton
Ton

Ton
Ton
Ton
Ton

Ton
Ton
Ton
Ton
Batang
Batang



Orang
Orang
Orang



2.395 Ha
132.72 Ha
315.481 btg

6.833,36 ha
198,1 ha
315.481 btg
204 org
2 varietas





4.400 ton
3,3 ton
2,0 ton
1,0 ton

30,73 Ton
11,2 Ton
4,0 Ton
1,0 Ton

2.500 ton
3,3 ton
2,1 ton
2,0 ton
250.000 btg
5.000 btg



150 org
10 org
50 org

5. Pembinaan dan Pengembangan Perlindungan TPH

Tabel 13. Realisasi Kinerja Sasaran Pembinaan dan Pengembangan Perlindungan Tahun 2007

NO KEGIATAN INDIKATOR KERJA TARGET 2007 REALISASI
RENCANA
TINGKAT CAPAIAN
SATUAN
5
Pembinaan dan Pengembangan Perlindungan TPH Luas Tanaman yang Terkendali:
- Padi
- Jagung
- Kedelai
- Kacang Tanah
- Jeruk
- Pisang
Berkembangnya Kelembagaan
Perlindungan:
- SLPHT
- PPAH
- RPH


475.595
26.254
4.374
16.355
2.467
1.892



63
10
30


Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha



Klpk
Unit
Klpk


515.982 ha
22.418ha
1.978 ha
15.173 ha
4.748 ha
5.863 ha



63 klpk
10 unit
30 kl

6. Pembinaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian

Tabel 14. Realisasi Kinerja Pembinaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian Tahun 2007

NO KEGIATAN INDIKATOR KERJA TARGET 2007 REALISASI
RENCANA
TINGKAT CAPAIAN
SATUAN
6
Pembinaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian

Terbinanya :
1. Cetak Sawah
2. Jalan Usaha Tani
3. Tata Air Mikro
4. Rehab JITUT
5. Rehab JIDES
Tersedianya :
1. Traktor
2. Dryer
3. Pompa Air
4. Power Thresher
5. UPJA

Terbinanya Lembaga Tani:
1. Kelompok Tani (POKTAN)/Gapoktan
2. Lembaga Keuangan
3. KUBA

Operasional Penyuluh :
1. BPP
2. WKPP



2.000
20
1.750
2.500
1.180

48
3
5
25
20


300

5
10


94
792


Ha
Km
Ha
Ha
Ha

Unit
Unit
Unit
Unit
Unit


Klpk

Klpk
Klpk


Buah
Wikel


2.200 ha
22 km
690 ha
2.500 ha
1.180 ha

48 unit
3 unit
5 unit
25 unit
32 unit


300 klpk

5 klpk
10 klpk


94 klpk
792 wikel

7. Pembinaan dan Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

Tabel 15. Realisasi Kinerja Pembinaan dan Pengembangan Pengolahan
dan Pemasaran Hasil TPH Tahun 2007

NO KEGIATAN INDIKATOR KERJA TARGET 2007 REALISASI
RENCANA
TINGKAT CAPAIAN
SATUAN
7
Pembinaan dan Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil TPH Jumlah Kelembagaan
Terbina Baik :
1. UP3HP
2. FKPP
3. Kemitraan Usaha
4. Beras dalam kemasan
5. Penggilingan padi
6. TA/STA
7. Kelompok Usaha Penerap GMP

10
42
2
5
200

25
2
1

Kab.
Unit
Kec.
Paket
Ton

Buah
Unit
Unit

10 kab
42 unit
2 kec
5 paket
200 ton

25 buah
25 unit
1 unit

9. Penyusunan Program, Pengembangan Data Informasi Pertanian dan Monev

Tabel 16. Realisasi Kinerja Penyusunan Program, Pengembangan Data Informasi
Pertanian dan Monev Tahun 2007
NO KEGIATAN INDIKATOR KERJA TARGET 2007 REALISASI
RENCANA
TINGKAT
CAPAIAN
SATUAN
8
Penyusunan Program,
Pengembangan Data Informasi
Pertanian dan Monev
1. Laporan Tahunan 2006
2. LAKIP 2006
3. RKT 2007
4. Dokumen Perencanaan APBN 2008
5. Dokumen Perencanaan APBN 2008
6. Tersedianya Data TPH 2007
7. Laporan Hasil Monev 2007
8. Renja 2008
9. Terkelolanya Web Site Dinas

40
40
1
1
1
12
12
25
1

Eks
Eks
Paket
Paket
Paket
Bulan
Bulan
Eks
Paket

40 eks
40 eks
1 paket
1 paket
1 paket
12 bulan
12 bulan
25 eks
1 paket

2. Integrasi Tingkat Capaian Terhadap Renstra SKPD TA. 2005 s/d TA. 2007

Pencapaian Sasaran Produksi TPH TA. 2005 s/d 2007:
KOMODITI TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007
SASARAN
(TON)
REALISASI
(TON)
SASARAN
(TON)
REALISASI
(TON)
SASARAN
(TON)
REALISASI
(TON)
Padi 1.527.913 1.598.835 1.561.419 1.636.840 1.684.730 1.811.284
Jagung 48.320 48.082 58.935 58.283 91,889 99.549
Kedelai 6.800 2.548 5.126 2.138 5.265 2.054
Kacang Tanah 18.685 16.793 19.324 15.759 22.575 16.949
Kacang Hijau 1.768 1.750 2.052 1.166 1.938 1.458
Ubi Kayu 87.429 77.904 79.769 82.389 92.176 101.520
Ubi Jalar 22.133 23.955 23.462 26.335 22.385 26.806
Sayuran 40.795 41.816 42.109
Buah-buahan 179.132 183.608 184.895
Pencapaian Sasaran Produktivitas TPH TA. 2005 s/d 2007 :
KOMODITI TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007
SASARAN
(Ku/Ha)
REALISASI
(Ku/Ha)
SASARAN
(Ku/Ha)
REALISASI
(Ku/Ha)
SASARAN
(Ku/Ha)
REALISASI
(Ku/Ha)
Padi 33,60 34,79 34,34 35,38 35,42 36,33
Jagung 29,49 30,83 29,50 34,20 35,00 45,70
Kedelai 12,53 12,05 12,61 11,62 12,04 11,27
Kacang Tanah 11,73 11,47 12,00 11,34 12,21 11,51
Kacang Hijau 10,99 10,76 11,00 10,24 10,54 10,24
Ubi Kayu 132,53 133,10 134,02 136,18 141,37 141,93
Ubi Jalar 100,70 99,11 102,01 101,17 101,47 101,42
Sayuran 76,00 41,00 41,08
Buah-buahan 41,00 76,00 76,15

Pencapaian Sasaran Luas Panen TPH TA. 2005 s/d 2007:

KOMODITI TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007
SASARAN
(Ha)
REALISASI
(Ha)
SASARAN
(Ha)
REALISASI
(Ha)
SASARAN
(Ha)
REALISASI
(Ha)
Padi 454.737 459.541 454.694 462.672 476.720 498.535
Jagung 16.385 15.595 19.978 17.042 26.254 21.783
Kedelai 5.428 2.115 4.065 1.840 4.374 1.822
Kacang Tanah 15.930 14.642 16.103 13.900 16.356 14.728
Kacang Hijau 1.609 1.626 1.865 1.139 1.840 1.425
Ubi Kayu 6.597 5.853 5.952 6.050 6.520 7.153
Ubi Jalar 2.198 2.417 2.300 2.603 2.206 2.643
Sayuran 23.570 10.199 10.250
Buah-buahan 9.950 24.159 24.280

Pencapaian Sasaran Luas Tanam TPH TA. 2005 s/d 2007 :

KOMODITI TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007
SASARAN
(Ha)
REALISASI
(Ha)
SASARAN
(Ha)
REALISASI
(Ha)
SASARAN
(Ha)
REALISASI
(Ha)
Padi 478.671 479.247 488.244 488.306 495.457 441.031
Jagung 17.204 23.017 20.978 21.289 29.274 15.321
Kedelai 5.699 2.134 4.267 2.038 5.760 1.825
Kacang Tanah 16.727 13.546 17.713 14.083 16.745 8.785
Kacang Hijau 1.690 1.684 1.958 1.296 1.927 1.290
Ubi Kayu 6.927 5.544 6.248 7.459 7.599 6.537
Ubi Jalar 2.308 2.294 2.411 2.627 2.534 2.497
Sayuran 10.380 10.500 10.552
Buah-buahan 24.750 24.872 24.997

Ket : - Angka Sasaran Tahun 2007: Bahan Pertemuan Penyusunan Sasaran Tan. Pangan Prov. Kal.Selatan Tahun 2007
- Angka Realisasi Tahun 2007: Angka Ramalan Tahun 2007

3. Integrasi Tingkat Capaian Terhadap RPJM Provinsi Kalimantan Selatan TA. 2005 s/d TA. 2007

Pencapaian Sasaran Produksi TPH TA. 2005 s/d 2007:
KOMODITI TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007
SASARAN
(TON)
REALISASI
(TON)
SASARAN
(TON)
REALISASI
(TON)
SASARAN
(TON)
REALISASI
(TON)
Padi 1.527.913 1.598.835 1.561.419 1.636.840 1.684.730 1.811.284
Jagung 48.320 48.082 58.935 58.283 91,889 99.549
Kedelai 6.800 2.548 5.126 2.138 5.265 2.054
Kacang Tanah 18.685 16.793 19.324 15.759 22.575 16.949
Kacang Hijau 1.768 1.750 2.052 1.166 1.938 1.458
Ubi Kayu 87.429 77.904 79.769 82.389 92.176 101.520
Ubi Jalar 22.133 23.955 23.462 26.335 22.385 26.806
Sayuran 40.795 41.816 42.109
Buah-buahan 179.132 183.608 184.895
Pencapaian Sasaran Produktivitas TPH TA. 2005 s/d 2007
KOMODITI TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007
SASARAN
(Ku/Ha)
REALISASI
(Ku/Ha)
SASARAN
(Ku/Ha)
REALISASI
(Ku/Ha)
SASARAN
(Ku/Ha)
REALISASI
(Ku/Ha)
Padi 33,60 34,79 34,34 35,38 35,42 36,33
Jagung 29,49 30,83 29,50 34,20 35,00 45,70
Kedelai 12,53 12,05 12,61 11,62 12,04 11,27
Kacang Tanah 11,73 11,47 12,00 11,34 12,21 11,51
Kacang Hijau 10,99 10,76 11,00 10,24 10,54 10,24
Ubi Kayu 132,53 133,10 134,02 136,18 141,37 141,93
Ubi Jalar 100,70 99,11 102,01 101,17 101,47 101,42
Sayuran 76,00 41,00 41,08
Buah-buahan 41,00 76,00 76,15

Pencapaian Sasaran Luas Panen TPH TA. 2005 s/d 2007:

KOMODITI TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007
SASARAN
(Ha)
REALISASI
(Ha)
SASARAN
(Ha)
REALISASI
(Ha)
SASARAN
(Ha)
REALISASI
(Ha)
Padi 454.737 459.541 454.694 462.672 476.720 498.535
Jagung 16.385 15.595 19.978 17.042 26.254 21.783
Kedelai 5.428 2.115 4.065 1.840 4.374 1.822
Kacang Tanah 15.930 14.642 16.103 13.900 16.356 14.728
Kacang Hijau 1.609 1.626 1.865 1.139 1.840 1.425
Ubi Kayu 6.597 5.853 5.952 6.050 6.520 7.153
Ubi Jalar 2.198 2.417 2.300 2.603 2.206 2.643
Sayuran 23.570 10.199 10.250
Buah-buahan 9.950 24.159 24.280

Pencapaian Sasaran Luas Tanam TPH TA. 2005 s/d 2007:

KOMODITI TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007
SASARAN
(Ha)
REALISASI
(Ha)
SASARAN
(Ha)
REALISASI
(Ha)
SASARAN
(Ha)
REALISASI
(Ha)
Padi 478.671 479.247 488.244 488.306 495.457 441.031
Jagung 17.204 23.017 20.978 21.289 29.274 15.321
Kedelai 5.699 2.134 4.267 2.038 5.760 1.825
Kacang Tanah 16.727 13.546 17.713 14.083 16.745 8.785
Kacang Hijau 1.690 1.684 1.958 1.296 1.927 1.290
Ubi Kayu 6.927 5.544 6.248 7.459 7.599 6.537
Ubi Jalar 2.308 2.294 2.411 2.627 2.534 2.497
Sayuran 10.380 10.500 10.552
Buah-buahan 24.750 24.872 24.997

PERTANIAN

POTENSI PERTANIAN

ImageKota Semarang masih mempunyai wilayah pengembangan pertanian sebagai sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan peningkatan produksi pertanian. Potensi ini dapat diwujudkan menjadi kemampuan riil melalui penerapan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk optimasi pemanfaatan sumber daya alam tersebut. Pemanfaatan potensi ini dapat dilaksanakan dengan optimal melalui keterlibatan dunia usaha dan masyarakat.

Tinggi rendahnya produksi pertanian ditentukan oleh banyak faktor, antara lain ketersediaan lahan dan kualitas lahan, teknologi budidaya, penggunaan pestisida, pupuk dan obat-obatan, ketersediaan air iklim dan cuaca, kelembagaan , harga, mekanisme pemasaran dan jumlah penduduk.

Dalam pengembangan produksi diarahkan dengan sistem sentralisasdi komoditi, sehingga nantinya akan terbentuk pusat-pusat produksi untuk komoditi tertentu. Langkah-langkah untuk meningkatkan produksi pertanian sebagai berikut :

a. Pembinaan terhadap produsen pertanian yaitu pembinaan terhadap perusahaan pertanian serta petani rakyat.

b. Penerapan teknologi yang tepat guna.

c. Pemberantasan hama / penyakit.

d. Merehabilitasi tanaman yang tidak unggul dan sudah tidak produktif melalui sentra pengembangan agibisnis komoditi unggulan (SPAKU).

e. Pemanfaatan lahan kosong / kritis untuk usaha tani / ternak.

f. Pola kemitraan yang merupakan salah satu alternatif pengembangan pertania

PERTANIAN

Jakarta - Banyak kalangan pesimis akan masa depan pertanian dan ketahanan pangan di Indonesia. Dunia pertanian seolah-olah menunggu lonceng kematian karena gagalnya berbagai kebijakan pembangunan terkait yang tidak berhasil meningkatkan kesejahteraan petani.

Problematika pembangunan pertanian memang sangat rumit dan saling berkaitan. Kebijakan yang tidak tepat akan berakibat sangat fatal dan bisa memperburuk kondisi petani sehingga akan lebih menderita lagi.

Dengan mempertimbangkan kekayaan potensi sumber daya baik fisik maupun manusia kita sebenarnya bisa cukup optimis menuju kebangkitan dan kejayaan pertanian yang akhirnya akan membawa peningkatan taraf hidup pelaku utamanya yaitu petani.

Hal yang paling mendasar adalah komitmen dan goodwill segenap komponen bangsa untuk mengembalikan momentum pembangunan pertanian sebagai penggerak ekonomi bangsa. Kemauan politik dan keberpihakan negara dan politisi menjadi salah satu penentu kebangkitan pertanian.

Pangan dan Persoalannya
Dalam konteks pembangunan pertanian umum Indonesia memiliki potensi yang luar biasa. Kelapa sawit, karet, dan coklat kita mulai bergerak menguasai pasar dunia. Namun, dalam konteks produksi pangan memang ada suatu keunikan.

Indonesia adalah produsen beras terbesar ketiga dunia setelah China dan India. Kontribusi Indonesia terhadap produksi beras dunia sebesar 8,5 persen atau 51 juta ton (Rice Almanac, 2002). China dan India sebagai produsen utama beras berkontribusi 54 persen. Vietnam dan Thailand yang secara tradisional merupakan
negara eksportir beras hanya berkontribusi 54 dan 3,9 persen.

Rerata produksi beras Indonesia 4,3 ton/hektar. Produktivitas tersebut sudah melampaui India, Thailand, dan Vietnam. Meskipun masih di bawah produktivitas Jepang dan China (rerata di atas 6 ton/hektar).

Lalu, kenapa Indonesia hampir setiap tahun selalu menghadapi persoalan berulang dengan produksi pangan. Utamanya yaitu beras?

Ada beberapa persoalan serius yang perlu dicermati dan dicarikan solusinya. Salah satu sebab utama adalah jumlah penduduk yang sangat besar. Data statistik menunjukkan pada kisaran 230-237 juta jiwa. Makanan pokok semua penduduk adalah beras sehingga sudah jelas kebutuhan beras menjadi luar biasa besar.

Penduduk Indonesia merupakan pemakan beras terbesar di dunia dengan konsumsi 154 kg per orang per tahun. Bandingkan dengan rerata konsumsi di China yang hanya 90 kg, India 74 kg, Thailand 100 kg, dan Philppine 100 kg (IRRI, 1999).
Hal itu juga menunjukkan bahwa program diversifikasi pangan di Indonesia masih jauh dari berhasil. Namun, sepanjang kita masih mengkonsumsi beras dengan jumlah sebanyak itu maka problem pangan masih akan sulit diatasi.

Persoalan yang lain adalah transformasi struktural yang kurang berjalan. Di mana pun di dunia ada pola bahwa peran pertanian dalam perkonomian nasional akan semakin menurun dan ada pergerakan angkatan kerja dari pertanian ke sektor industri dan jasa.

Di Indonesia lahan pertanian semakin dipenuhi oleh angkatan kerja baru karena tidak ada alternatif lain untuk mencari pekerjaan. Tentu hal ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan efisiensi produksinya. Dalam tahap tertentu tesis Clifford Geertz tentang agricultural involution nampaknya telah berlaku.

Mencari Jalan Keluar

Penyelesaian persoalan pertanian juga bergantung pada sektor-sektor yang lain. Pertanian sendiri tidak akan pernah mampu menyelesaikan permasalahannya sendiri. Perlu keterpaduan lintas sektoral untuk mengatasi persoalan karena saling berkaitan.

Kebijakan diversifikasi pangan terkait pengolahan pangan. Sektor perindustrian dan perdagangan akan memainkan peran penting. Penganekaragaman pangan harus dimulai dengan serius dengan melakukan tindakan nyata untuk menggali kembali bahan pangan lokal terutama umbi-umbian yang tersedia melimpah. Perlu dikampanyekan dengan sistematis sebagai substitusi beras sampai tataran tertentu.

Pengalaman Jepang yang mengkampanyekan bahan pangan lokal dan gandum ketika terjadi kelangkaan pangan/beras awal kekalahannya dalam Perang Dunia II dengan menyediakan makanan untuk anak sekolah terbukti sangat efektif mempengaruhi perilaku konsumsi pangan. Saat ini konsumsi beras orang Jepang hanya 90 kg per orang per tahun dan cenderung semakin menurun.

Persoalan akses petani terhadap lahan juga menjadi isu yang sangat serius. Sebagian besar petani kita adalah petani gurem (kepemilikan kahan kurang dari 1.000 meter), jumlah tuna kisma meningkat terus menerus. Kebijakan land reform yang dicetuskan sejak awal pemerintahan SBY nampaknya juga belum memberikan hasil yang jelas.

Selain implementasi nyata land reform yang memberi akses lahan pada petani. Masalah petani gurem juga terkait dengan transformasi struktural pedesaan dan pertanian.

Dalam transformasi struktural penciptaan industri pedesaan melalui pengolahan bahan pangan lokal nampaknya akan membuka lapangan kerja baru baik dalam hal produksi, pengolahan, maupun distribusi dan pemasarannya. Pertanian yang sehat dan produktif (viable) seyogyanya memiliki luasan yang cukup.

Sebagian petani gurem dan tuna kisma dapat beralih profesi ke industri pedesaan jika kesempatannya diciptakan. Secara tidak langsung ini juga memberikan kesempatan sebagian petani untuk mengelola lahan dengan skala ekonomi baik melalui sistem persewaan maupun bagi hasil sehingga diharapkan produktivitasnya meningkat nyata.

Perlu dilakukan berbagai kebijakan yang mampu memberi insentif bagi petani untuk meningkatkan produktivitasnya. Investasi yang besar baik investasi sumber daya manusia maupun sumber daya fisik di bidang pertanian sangat perlu menjadi prioritas.

Penelitian dan pengembangan teknologi serta penyuluhan pertanian baik skala nasional, regional, dan lokal menjadi sangat urgen. Penelitian yang serius tentang benih-benih baru dengan produktivitas tinggi melalui pendekatan bioteknologi juga menjadi solusi yang cukup baik.

Saat ini petani semakin sulit memperolah benih yang berkualitas karena umumnya diproduksi oleh perusahaan multinasional yang profit oriented sehingga harganya menjadi sangat mahal. Lembaga penelitian dan perguruan tinggi sebagai penyedia public goods perlu didukung penuh sehingga mampu menghasilkan teknologi dan inovasi alternatif yang bisa diakses secara murah oleh public utamanya petani-petani kecil di pedesaan.

Pembangunan infrastruktur pertanian seperti saluran irigasi, jalan desa, pasar desa, dan lain-lain menjadi vital untuk menggairahkan petani. Jika berbagai kebijakan dapat berjalan dengan baik dan mampu memberikan insentif bagi petani maka harapan dan optimisme keberhasilan pembangunan pertanian akan semakin nyata. Keberpihakan dan waktu yang akan membuktikan apakah pertanian kita akan bangkit atau justru akan semakin terkubur

PERTANIAN

Pada bagian ini akan dipaparkan metode riset yang digunakan dalam penelitian ini. Pada bagian ini akan memuat beberapa hal yang dianggap penting dalam metode penelitian, diantaranya memuat; perbandingan metode penelitian terdahulu, pendekatan penelitian yang digunakan, lokasi penelitian terpilih, sumber data penelitian, alat bantu penelitian, langkah pengumpulan data penelitian yang diperlukan, menimbang keabsahan data penelitian, analisis data penelitian, dan prosedur penelitian yang dijalankan.

Penelitian yang berjudul “Penguatan Kinerja Penyuluh Pertanian Tanaman Pangan Unggulan Kabupaten Semarang Dalam Mendukung Ketahanan Pangan [studi empiris di kecamatan Sumowono, kecamatan Bringin, dan Banyubiru] ini memilih pendekatan kualitatif sebagai model pendekatan penelitian yang digunakan. Pendekatan kualitatif pada penelitian bertajuk “Penguatan Kinerja Penyuluh Pertanian Tanaman Pangan” ini masih minim dihadirkan. Beberapa penelitian terdahulu dengan tajuk yang sama, pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif berbasis dan padat angka. Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini diharapkan mampu memandang masalah secara arif dan mendalam dengan menjawab masalah sehingga diversitas cara pandang dan kebijakan yang diambil dalam merumuskan, mengukur, menilai, dan melihat di masa datang akan bagaimana penguatan kinerja penyuluh pertanian, akan lebih baik dari sebelumnya.

Penelitian dengan pendekatan kualitatif yang dimaksud adalah kegiatan ilmiah dalam menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Artinya data yang dianalisis di dalamnya berbentuk deskriptif dan sedikit angka-angka seperti halnya pada penelitian kuantitatif (diadaptasikan dengan Bogdan dan Tylor dalam Moleong, 2002:3). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan dan menginterpretasi suatu kasus dalam konteksnya secara natural yang sedikit intervensi dari pihak peneliti/ etik (diadaptasikan dengan Salim, 2001:89).

Lokasi penelitian terpilih adalah tiga kecamatan dari enam belas kecamatan yang ada di kabupaten Semarang. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada keragaman tanaman pangan yang terdapat di kabupaten Semarang, dengan memilih sentra komoditi tanaman unggulan. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada studi dokumentasi yang telah ada, rekomendasi dari dinas pertanian tanaman pangan, dan pandangan beberapa pengamat tanaman setempat. Kecamatan Banyubiru merupakan kawasan sentra komoditi padi yang ditanam dalam dua kali musim, dan sedikit komoditi jagung serta sayuran. Pada kecamatan Sumowono merupakan sentra sayuran yang ditanam dalam dua kali musim, dan sedikit komoditi padi serta tanaman jagung. Sedangkan pada kecamatan Bringin merupakan kawasan sentra komoditi tanaman jagung yang ditanam dua kali musim, dan sedikit komoditi padi serta sayuran. Dengan karakteristik sentra komoditi yang berbeda pada tiga kecamatan tersebut, menarik kira untuk dijadikan alternatif dalam meneropong perilaku kinerja penyuluh pertanian tanaman pangan. Karena dengan keterwakilan tiga wilayah tersebut, kerja penyuluh pertanian tanaman pangan kabupaten Semarang dapat diketahui, walaupun nantinya hasil penelitian ini tidak dapat dijadikan barometer ukuran secara umum.

Sumber data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber dokumentasi, wawancara, dan pengamatan. Sumber dokumentasi tiap-tiap kecamatan yang digunakan diantaranya; monografi penduduk, rencana kerja penyuluhan, progama penyuluhan, statistik pertanian, produksi-distribusi-konsumsi dari komoditi tanaman pangan, serta laporan berkala penyuluh bidang saprotan, penyuluh bidang teknologi pertanian, bidang kelembagaan pertanian, bidang pemasaran komoditi, bidang pola tanam, bidang sumber daya petani, bidang sumber daya alam, bidang hama penyakit, dan beberapa laporan berkala lainnya. Data dokumentasi terdahulu dianggap belum cukup dalam mengukur validitas data. Langkah selanjutnya yaitu melakukan kegiatan wawancara untuk mengetahui perilaku kinerja penyuluh, perilaku pertanian, beserta mengetahui apa yang ada di balik data dokumentasi tersebut. Setiap penyuluh dikenakan wawacara berdasarkan desa binaannya dan spesialisasi bidang penyuluhan. Adapun instrumen wawancara untuk penyuluh meliputi sepuluh hal.
Pertama, deskripsi proses penyuluhan dengan tahapan yang sistematis. Kedua, Deskripsi potensi dan kendala penyuluhan . Ketiga, proses penyediaan dan penyebar-luasan informasi tentang teknologi budidaya dan pasca panen komoditas sesuai kebutuhan petani. Keempat, proses menyediakan dan menyebarkan informasi mengenai saprotan, pembiayaan dan pasar bagi petani, dalam mndukung komoditas lokal. Kelima, kegiatan penyuluh dalam menumbuh-suburkan kemitraan usaha antara petani dan pengusaha. Keenam, perlakuan penyuluh dalam meningkatkan akses petani ke lembaga pembiayaan, informasi, sarana produksi pertanian dan pemasaran. Ketujuh, kegiatan penyuluh dalam menumbuh-kembangkan kewirausahaan pada petani dan pelaku usaha agribisnis. Kedelapan, peran aktif dalam menumbuhkan kelembagaan di tingkat petani dan pelaku usaha. Kesembilan, proses fasilitasi kegiatan pertemuan antara kelompok tani oleh penyuluh. Dan kesepuluh, pemikiran penyuluh tentang bagaimana [metode] meningkatkan kinerja penyuluhan dalam mendukung ketahanan pangan nasional (diadaptasikan dari P4BPSDM DEPTAN (2008) dan Subarna, T, dkk, 2006 dengan modifikasi seperlunya)

Hasil wawancara di atas juga dikroscekkan dengan para petani, yang tergabung dalam kelompok tani di tiap-tiap kecamatan. Tiap-tiap wilayah kecamatan dimbil dua kelompok tani, dimana setiap kelompk tani diambil lima orang anggota kelompok tani untuk dilakukan wawancara dengan sepuluh point di atas. Pada bagian inilah penelitian mengalami kendala. Pada umunya hubungan penyuluh dengan kelompok tani adalah hubungan struktural. Hal ini dapat dilihat interaksi penyuluh dalam penyediaan saprotan dan beberapa proyek kegiatan pertanian. Acapkali anggota petani kebingungan dalam menjawab kinerja penyuluh, walaupun demikian, untuk mensiasati ketegangan antara petani dan penyuluh, wawancara dialihkan pada maping kebutuhan petani pra panen dan pasca panen yang dihubungkan dengan intervensi serta keberpihakan penyuluhan dalam memfasilitasi kebutuhan petani. Selain penyuluh dan anggota kelompok tani, wawancara kinerja penyuluh juga dilakukan dengan pegawai bidang penyuluh kabupaten, tokoh masyarakat, pemuda, pedagang, dan pejabat desa setempat.

Penelitian kinerja penyuluh dengan pendekatan kualitatif ini menggunakan beberapa alat bantu penelitian. Alat bantu penelitian tersebut diantaranya; pedoman pengamatan, pedoman wawancara terhadap penyuluh, pedoman wawancara terhadap petani, alat tulis, alat perekam perckapan, alat perekam gambar dalam bentuk foto, dan optimasi kepekaan peneliti dalam melihat, mendengar, merefleksikan data lisan dan gambar.
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, kemudian dilakukan pengolahan data yang ada yaitu analisis data. Analisis data dilakukan dengan cara mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga tema dapat ditemukan dan dirumuskan.

Dalam penelitian ini menggunakan analisis data secara induktif. Alasan penggunaan analisis data induktif, merujuk pendapat Moleong (2004;5) yaitu sebagai berikut; Pertama, proses induktif lebih banyak menemukan kenyataan-kenyataan ganda sebagaimana yang terdapat dalam data. Kedua, analisis induksi lebih dapat membuat hubungan peneliti-informan menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel. Ketiga, lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada suatu latar lainnya. Keempat, lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajamkan hubungan-hubungan. Kelima, dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai struktur analitik .
Dalam melakukan analisis data pada penelitian dilakukan beberapa tahapan antara lain tahap pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap penyajian data, dan terakhir tahap penarikan kesimpulan atau verifikasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk mendapatkan data yang lengkap. Wawancara dan observasi dilakukan di lokasi penelitian seperti yang telah di sajikan pada bagian sumber data dan metode pengumpulan data. Adapun pengumpulan data dalam bentuk dokumen telah dijelaskan di bagian atas.
Proses pengumpulan data dalam bentuk dokumen ini telah dilakukan jauh sebelum penelitian dilaksanakan. Penjajakan awal untuk mengenal lokasi dan tema yang diangkat diantaranya dilakukan dengan membuka informasi dari surat kabar dan internet. Adapaun penelitian dilapangan dilakukan terhitung sejak tanggal 07 Agustus 2008 sampai dengan 07 Oktober 2008.
Reduksi data adalah proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang didapat dari lapangan. Tahap reduksi data dilakukan setelah data penelitian terkumpul. Data yang direduksi yaitu data yang diperoleh melalui wawancara yang telah dipaparkan di bagian sebelumnya. Setelah data diperoleh, kemudian digolongkan berdasarkan sub-sub kajian yang dipelajari. Hal ini dilakukan karena data yang didapat tidak urut dan sifatnya acak. Data hasil wawancara dari beberapa informan terpilih seringkali tidak mengena, sehingga beberapa hasil wawancara tidak semuanya disajikan dalam hasil penelitian. Kegiatan yang reduksi data yang dilakukan antara lain menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan akhir dapat dicapai berdasarkan fokus kajian yang dipelajari yang kemudian dapat ditarik kesimpulan dan verifikasi.

Tahap penyajian data merupakan seni menampilkan hasil penelitian dari permasalahan pokok yang dikaji. Penyajian data ini menggunakan sajian deskriptif yang ditampilkan dengan jenis kutipan tidak langsung, gambar, bagan, tabel dan pointers. Kemudian pada bagian analisis data disederhanakan sajiannya dalam bentuk tabel untuk pengklasifikasian atau perbandingan agar mudah dipahami. Selanjutnya pada tahap penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data baru dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada reduksi data dan penyajian data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.

Untuk kemudahan penelitian di lapangan, dilakukan desain prosedur penelitian. Adapun desain prosedur penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap pralapangan, tahap pekerjaan dan tahap analisis data. Tahap pra lapangan yang dilakukan meliputi; kegiatan menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian, dan persoalan etika penelitian. Tahap kedua yaitu pekerjaan lapangan meliputi tiga bagian, yaitu; memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta mengumpulkan data. Kemudian tahap analisis data meliputi pengkajian konsep dasar, menemukan dan merumuskan tema utama, demikian paparan metode penelitian ini dilakukan.